Macam – Macam dan Cara Berpidato di Depan Umum Yang Baik dan Benar – Orang berpidato bermacam – macam caranya. Ada yang membaca naskah, menghafal naskah, atau pun menggunakan kerangka pidato. Ada pulayang tanpa persiapan sama sekali. Pidato tanpa persiapan ini bisa di lakukan oleh orang yang benar – benar sudah terbiasa dan sudah ahli berpidato.
Mengapa ada orang yang berpidao menggunakan naskah? Banyak alasannya, salah satunya pembicaraan belum terbiasa berpidato sehingga takut tidak lancar dan banyak salahnya. Nah, dari pada tidak berani berpidato, pembicara memilih membaca naskah pidato yang sudah disiapkan. Naskah pidato tidak harus di siapakan oleh pembicara, tetapi dapat di siapkan juga oleh orang lain.
Apabila Anda berpidato menggunakan naskah, bacalah dengan intonasi yang baik dan penuh penghayatan. Membacanya harus lancar jangan tersendat-sendat, bahkan jika mungkin, lakukan seperti berbicara biasa, tidak seperti orang membaca.
Meskipun membaca, pandangan mata jangan selalu terarah kepada naskah. Pada waktu-waktu tertentu, perlu memandang hadirin. Hal ini amat penting karena dapat membina kontak batin antara pembicara dan pendengar. Kontak batin memang harus di bina supaya pembicara tidak seperti berbicara sendiri. Berpidato memnang bagian komunikasi antara pembaca dan pendengar.
Alasan lain mengapa orang berpidato harus membaca naskah, yaitu agar tidak ada yang salah dan sesuai waktu dengan waktu yang diberikan. Pidato ini biasa dilaksanakan dalam pidato radio atau pidato televisi yang dilakukan oleh pejabat. Dalam situasi resmi, pidato pejabat tidak boleh salah karena di saiarkan langsung kemasyarakat luas, atau dikutip wartawan dan disebar luaskan melalui media cetak (surat kabar).
Ada juga kemungkinan lain yaitu pembicara berpidato dengan membaca naskah karena sedang mewakili (membacakan) pidato orang lain yang berhalangan hadir. Naskah pidato itu sebenarnya si pidato orang lain yang di wakili itu. Setelah di bacakan, naskah dapat disimpan menjadi arsip. itulah beberapa keuntungan berpidato dengan menggunakan naskah. Akan tetap, ada kelemahannya jug, yaitu pembicara tidak dapat menyesuaikan dengan situsasi yang dihadapi karena pidatonya harus seperti naskah yang sudah di siapkan. Lagi pula, jika cara membacanya kurang bagus, pidatonya tidak menarik sama sekali. Kekurangan lain yang tampak nyata yaitu pembicara tidak bisa membina kontak batin dengan pendengar secara leluasa, karena mata pembicara banyak tertuju kepada naskah yang di bacanya. Padahal kontak batin ini syarat keberhasilan komunikasi.
Menyadari adanya kelemahan itu, ada pembicara menggunakan cara menghafal naskah. Naskah pidato dihafalkan kata demi kata semuanya. Pada saat berfidato, pembicara tinggal menyuarakan hafalannya itu. Pembicara hanya mampu menghafalkan naskah pidato pendek. Naskah pidato yang berlembar-lembar, apalagi puluhan lembar, tentu tidak mungkin dihafalkan.
Apabila cara pengucapannya baik, pidatonya menarik. Akan tetapi, pidato dengan cara meghafal naskah ini membuat pembicara cepat tanpa penghayatan. Itu kelemahannya. Kelemahan lain jika pembicara lupa, pidatonya akan tersendat-sendat dan bahkan bisa macet.
Cara berpidato dengan membaca naskah atau menghafal naskah membuat pembicara tidak bisa menyesuaikan isi pidato dengan situasi yang dihadapi. Mengapa? Oleh karena isi pidato sudah terikat dengan apa yang sudah ada di dalam naskah. Nah, untuk menghindari hal itu, ada pembicara yang menggunakan kerangka pidato. Pokok-pokok isi pidato ditulis dalam secarik kertas. Pokok-pokok pikiran ini dibuat urut. Karena hanya pokok-pokok pikiran yang ditulis, tiap-tiap pokok pikiran dijelaskan secara langsung. Panjang pendeknya penjelasan disesuaikan dengan situasi. Apabila pendengar tertarik, penjelasan dan contoh-contohnya ditambah. Sebaliknya, apabila pendengar kurang tertarik, pokok pikiran itu diuraikan singkat saja.
Itulah keuntungan berpidato dengan kerangka pidato. Keuntungan lain, pokok-pokok pikiran yang akan disampaiakn tidak akan ada yang terlupakan dan susunannya sudah urut. cara berpidato dengan menggunakan kerangka pidato ini dianggap yang paling baik. Apabial pembaca sudah dapat mengingat-ingat pokok-pokok pikiran yang tertulis pada kerangka pidato, pembicara bisa tampil tanpa membawa catatan sedikitpun.
Cara berpidato yang lain adalah berpidato dengan serta merta. Cara pidato ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah banyak pengalamannya, terutama pengalaman berpidato. Jika tidak, pembicara tidak akan bisa melakukan dengan baik. Akan tetapi jika benar-benar sudah berpangalaman dan sudah ahli, berpidao dengan cara serta merta ini kadang-kadang terasa lebih segar dan lebih menarik.
Demikianlah cara-cara berpidato yang bisa dipilih salah satu. Tidak ada larangan menggabungkan cara satu dengan cara yang lainnya. Hal yang dilarang adalah berpidato tanpa persiapan. Dengan kata lain, berpidato dengan menggunakan cara apapun, pembicara harus melakukan persiapan. Tanpa persiapan, kemungkinan besar akan gagal. Sebailiknya, jika pembicara melakukan persiapan matang, kemungkinan berhasilnya akan besar. Itulah sebabnya orang bijak bernasihat, “siapa yang tampil dipodium tanpa persiapan, dia akan turun tanpa penghormatan”. Arti nasehat itu jelas, yaitu pembicara harus melakukan persiapan sebelum naik podium untuk berpidato.