Cara Tampil Berpidato di Podium Untuk Pemula Dengan Baik dan Benar

Posted on

Cara Tampil Berpidato di Podium Untuk Pemula Dengan Baik dan Benar – Tampil berpidato di depan umum jangan sembarangan karena pembicara akan menjadi pusat perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara di perhatikan oleh pendengar, mulai dari pakaian yang di kenakan, cara berdiri, sampai cara mengerak-gerakkan anggota tubuh. Ada hal – hal yang perlu di perhatikan sebeluam dan selama ampil berpidato. Hal-hal yang perlu di perhatikan antara lain : cara berpakaian, cara berdiri, cara memandang hadirin, cara memagang microfon, dan cara menggerakkan anggota tubuh.

Dalam berpidato pembicara harus berpakaian bersih dan rapi. Pakaian bersih tidak harus baru, yang penting bersih dan tidak lusuh. Jika ada kancing yang hilang, harus di ganti sebelum dikenakan. Cara mengenakannya harus rapih. Semua kancing harus di kancingkan, jangan di biarkan ada yang terbuka karena akan menimbulkan kasak – kusuk pendengar.

Jenis pakaian yang di kenakaan harus sesuai dengan acara, tempat, dan pendengar pada umumnya. Berpidato dengan cara resmi berbeda dengan berpidato dengan cara yang tidak resmi. Berpidato di sekolah berbeda dengan berpidato di tempat ibadah. demikian pula pakaiann pembicara harus di sesuaikan dengan pakaiana pendengar pada umumnya. Apaila pendengar memakai sepatu, pembicara sebaiknya juga memakai sepatu. Apabila pendengar pada umumnya memakai kopiah, sebaiknya pembicara juga mengenakannya. Hal itu di perlu dilakukan agar penampilan pembicara tidak terasa aneh. Penampilan pembicara yang sesuai dengan pendengar dapat diartikan bahwa pembicara menghormati pendengar.

Ketika pembawa acara sudah menyebutkan dan mempersilahkan, pembicara harus segera berdiri dan berjalan meuju podium. Jika panitia tidak menyediakan podium, pembicara berjalan menuju tempat berbicara. Cara berdiri dan berjalannya harus tampak wajar. Jangan terkesan ogah – ogahan, menoleh-noleh sihingga tampak ragu-ragu. Sebaiknya juga jangan berjalan cepat-cepat seperti sedang tergesa-gesa. Tenang saja. Beranjak dari tempa duduk dan berjalan secara wajar dengan langkah yang mantap menuju podium.

Samapai podium jangan langsung bicara. Berdiri tegak beberapa saat. Cara berdirinya jangan bertumpu pada sebelah kaki. cara berdiri yang baik yaitu berdiri tegak bertumpu pada kedua kaki. Akan tetapi, jangan terlihat kaku seperti patung. Berdiri wajar saja. Tangan dibiarkan menggantung di sisi kiri dan kanan tubuh. Tangan ini nanti akan digerak-gerakkan mengikuti pembicaraan.

Berdiri tegak beberapa saat sebelum berbicara ada gunanya, yaitu untuk menenagkan diri dan mempersiapkan diri. Kesempatan menenangkan diri itu juga dilakukan sambil memandang hadirin. Pandangan yang dilakukan harus bersifat menyeluruh. Artinya, jangan sampai pandangan itu hanya tertuju kepada kelompok tertentu, kelompok lain merasa tidak diajak berbicara. Akibatnya, mereka menjdai kurang memperhatikan.

 Apa guna pandangan mata itu? pandangan mata berguna untuk membina kontak batin. Upaya membina kontak batin ini akan lebih berhasil apabila pandangan mata itu disertai senyuman perahabatan. Meskipun hanya pandangan mata dan senyum, pengaruhnya amat besar. Pendengar merasa di perhatikan dan di hormati sehingga mereka balik memperhatikan dan menghormati. Itulah awal komunikasi yang baik. Nah, setelah berdiri tengan beberapa saat, kira-kira dua puluh detik, barulah mulai menyapa pendengar. Misalnya : Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah …, Bapak dan Ibu guru yang saya hormati…, dan kawan-kawanku yang saya banggakan.

Cara memegang mikrofon juga harus diperhatikan. Mikrofon yang sudah ada standarnya tidak perlu dipegang. Pada awalnya memang boleh disentuh untuk membetulkan posisi yang tepat. Misalnya, apabila terlalu tinggi rendahkan, atau terlalu rendah tinggikan. Posisi yang baik, mikrofon berada di depan mulut agak kebawah. Jarak yang baik antara mulut dan mikrofon sekitar 20 cm. Mengapa demikian? jika dekat, pembicara terpengaruh sehingga suaranya menjadi seperti sedang berbisik. Apabila terlalu jauh, suara tidak masuk kepengeras suara (sound system). Nah, apabila posisi mikrofon sudah benar dan pembicara sudah yakin bahwa mikrofon sudah on, mikrofon tidak perlu disentuh-sentuh lagi.

Ada kemungkinan panitia tidak menyediakan standar mikrofon, sehingga mikrofon itu perlu dipegang oleh pembicara. Bagaimana cara memegangnya? Cara memegangnya yang wajar-wajar saja. Jangan dipermainkan kabelnya, jangan di pakai bergaya seperti penyanyi di panggung. Tangan yang memegang mikrofon boleh berganti-ganti antara tangan kiri dan tangan kanan. Akan tetapi, pergntian itu jangan terlalu sering karena dapat menggangu perhatian pendengar. Sebaiknya, mikrofon dipegang dengan tahgan kiri supaya tangan kanan dapat digerak-gerakkan mengikuti pembicaraan.

Selama berpidato, tangan dan angota tubuh lain memang seyogyanya digerak-gerakkan. Anggota tubuh lain yang sering digerak-gerakkan ialah kepala, mata, alis, dan bahu. Akan tetapi, gerakan tubuh itu tidak boleh dibuat-buat. Gerakan itu harus murni dorongan dari dalam sebagai wujud ungkapan perasaan pembicara. Apabila bergerak itu terlalu banyak, pembicara seperti badut. Sebaiknya, apabila tidak bergerak sama sekali, seperti patung. Baik seperti badut dan seperti patung keduanya tidak baik. Yang baik, gerakan-gerakan yang mengikuti pembicara harus dilakukan secara wajar sesuai dorongan dari dalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *